TOKYO, KABARTERKINI.co.id – PT PLN (Persero) mematangkan skema Just Energy Transition Partnership (JETP) berkolaborasi dengan Jepang. Demi mempercepat eksekusi proyek transisi energi, salah satunya dengan menambah pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dan “memensiunkan” Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam kunjungannya ke Jepang menjelaskan PLN melakukan banyak agenda agar bisa mengurangi emisi karbon, salah satunya lewat “memensiunkan” PLTU. Sejalan dengan itu, PLN sudah menunda 14,2 GW PLTU baru yang semestinya masuk ke sistem dan menggantikannya dengan pembangkit berbasis EBT.
“Strategi dan langkah kami dalam mengurangi emisi karbon sudah terbukti nyata. Melalui berbagai upaya, kami menargetkan penurunan emisi hingga 9,8 juta ton CO2 pada 2030 mendatang,” ujar Darmawan melalui keterangan tertulis, Senin 6 Maret 2023.
Upaya penurunan emisi dilakukan PLN, menurutnya, melalui teknologi co-firing di 52 PLTU. Hingga 2025 mendatang, PLN membutuhkan 10,2 juta ton biomassa demi memenuhi kebutuhan co-firing.
PLN juga akan mengembangkan pembangkit EBT dan akan mendominasi bauran energi hingga 52 persen. PLN bakal membangun 10,4 GW Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3,4 GW Pembangkit Listrik Panas Bumi dan 4,7 GW solar PV.
“Ini membutuhkan investasi tidak sedikit dan kolaborasi bersama dengan global. Sebab, upaya pengurangan emisi yang kami lakukan ini berdampak langsung pada pengurangan emisi di Jepang, Eropa bahkan Amerika,” tegas Darmawan.
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gigih Udi Atmo yang menjadi perwakilan dari JETP Secretary menegaskan, PLN membutuhkan dukungan pendanaan dan kerjasama program untuk bisa memaksimalkan pengurangan emisi karbon.
Jadi PLN membutuhkan investasi besar demi menjalankan program transisi energi ini. Untuk itu, melalui inisiasi dari negara G20 terbentuk JETP Secretary yang berada di bawah Kementerian ESDM. Melalui gugus tugas JETP ini, baik Pemerintah Indonesia, PLN dan negara G20, khususnya Jepang akan memetakan proyek dan kebutuhan investasi dalam pengurangan emisi karbon.
“Kami akan menyelesaikan rencana investasi yang sangat komprehensif pada Agustus tahun ini. Kami dan PLN akan mengidentifikasikan proyek potensial untuk transisi energi ini,” ujar Gigih.
Dalam memilih pembiayaan, sambungnya, akan dilakukan lewat mekanisme JETP dan Energy Transition Mechanism (ETM). Pemerintah dan PLN bakal mengutamakan pembiayaan murah. Dukungan global dalam menyediakan pembiayaan murah ataupun memperluas porsi hibah menjadi jalan tengah dalam menyukseskan agenda transisi energi ini.
“Tentu saja dengan pengembalian investasi menjanjikan dan keterjangkauan biaya yang membutuhkan dukungan nyata dari pihak global,” tegas Gigih.
Deputy Commissioner for International Affairs, Ministry of Economy, Trade and Industry Jepang, Izuru Kobayashi tidak menampik tantangan besar Indonesia dan PLN dalam menjalankan proyek transisi energi ini. Kobayashi mengajak seluruh pihak mendukung transisi energi di Indonesia.
“Langkah awal dilakukan Jepang dalam membantu Indonesia dalam menyelesaikan proyek transisi energi diharapkan bisa diikuti pihak lain sebagai upaya bersama mencapai target NZE,” pungkas Kobayashi. (*red)
Update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari KABARTERKINI.co.id. Ayo bergabung di Facebook dan Instagram KABARTERKINI.co.id, atau klik link https://www.kabarterkini.co.id