Catatan: BEI
BERINVESTASI saham di Pasar Modal membutuhkan strategi. Bisa memilih salah satu, atau mengombinasikan beragam strategi demi memperoleh keuntungan. Namun perlu dipahami, apakah keputusan berinvestasi saham jangka waktu panjang, atau mencari untung dalam waktu singkat, yaitu dalam hitungan bulan atau kurang dari setahun?
Sama halnya ketika memilih berinvestasi langsung pada tanah, properti, atau dengan logam mulia yang ditujukkan jangka panjang. Berinvestasi pada aset-aset ini cenderung mendorong individu bersikap pasif atau membiarkan nilai dari aset-aset tersebut naik mengikuti inflasi. Kemudian, ketika harga jual aset lebih tinggi nilainya dari ketika membeli, maka investor akan mendapatkan keuntungan.
Di pasar saham, strategi berinvestasi jangka waktu panjang berkisar antara 3-5 tahun atau bahkan lebih, serta cenderung menggunakan strategi fundamental. Strategi ini merupakan strategi dengan memilih saham-saham dari perusahaan memiliki fundamental keuangan baik.
Jika sebuah perusahaan memiliki catatan keuangan baik selama lima tahun terakhir, dan memiliki prospek bisnis bagus, dapat dilihat dari sektor usahanya, dan bisa diperkirakan akan terus membaik ke depan. Artinya, saham-saham perusahaan yang memiliki ciri-ciri tersebut layak dibeli untuk dijual kembali di masa depan, terutama pada saat harga saham mencapai level tertinggi .
Seorang investor bisa mengamati harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan nilai buku saham tersebut (price to book value/PBV). Yang tertera di laporan keuangan perusahaan. Jika harga di bawah PBV, artinya harga saham tergolong murah dan memiliki potensi kenaikan di masa depan. Saham ini layak dibeli untuk investasi jangka panjang.
Sebaliknya, jika harga saham sebuah perusahaan sudah berada di atas PBV, maka harganya sudah tergolong mahal. Penyebab kenaikannya bisa terjadi karena aksi spekulasi menaikkan harga saham oleh para pelaku investor aktif. Oleh karena itu, sebaiknya tidak membeli saham ini, karena potensi kenaikan harga sahamnya akan kecil.
Seorang investor fundamental juga akan serius mempelajari bisnis perusahaan yang sahamnya ingin dia miliki. Bagaimana daya saing sektor usahanya, para kompetitor bisnis, dan bagaimana perusahaan melakukan inovasi atau strategi bisnis jangka panjang.
Seiring investor memahami perusahaan yang sahamnya ingin dia miliki, semakin tepat ia dapat memilih yang akan memberikan keuntungan di masa depan dalam bentuk dividen (pembagian keuntungan dari laba perusahaan) dan capital gain (keuntungan dari harga jual saham).
Lalu, jika seorang investor mau berinvestasi dalam jangka waktu pendek, khususnya kurang dari setahun. Investor jenis ini harus mempelajari strategi teknikal. Secara sederhana, pengertian strategi teknikal adalah cara berinvestasi dengan mengamati volatilitas dari kenaikan dan penurunan harga suatu saham. Investor teknikal harus memantau grafik pergerakan harga suatu saham pada suatu waktu tertentu.
Ketika seorang investor sudah menghapal pola pergerakan harga sebuah saham berdasarkan hukum permintaan dan penjualan yang terjadi (market mechanism) pada suatu periode, atau berdasarkan bid dan offer saham-saham tersebut di papan perdagangan bursa efek, maka dia bisa mengambil keputusan. Baik keputusan saat membeli, ataupun waktu tepat menjual sahamnya.
Salah satu syarat untuk bisa mengimplementasikan strategi teknikal, menikmati keuntungan dari investasi saham adalah fokus dalam mengamati pergerakan harganya. Karena jika terlewati dalam pemantauan, investor bisa kehilangan kesempatan mendapatkan momentum menghasilkan capital gain dari kenaikan harga saham dimilikinya.
Risiko investasi secara teknikal tentu lebih besar dibandingkan dengan investor menggunakan strategi fundamental. Hal ini karena saham-saham mengalami kenaikan dan penurunan harga teknikal banyak dipengaruhi aksi spekulasi para investor. Saham yang naik secara teknikal belum tentu sejalan dengan kondisi fundamental perusahaan yang bagus.
Di sisi lain, investor juga harus lebih cermat agar tidak terjebak ke dalam aksi permainan saham “gorengan”. Aksi tersebut adalah aksi sekumpulan oknum investor yang membuat harga saham tertentu seolah-olah sedang diminati dan banyak dibeli. Lalu, ketika investor yang terjebak merasa tertarik dan ikut membeli, kemudian sekumpulan oknum tersebut melakukan aksi jual yang membuat harga saham kembali turun.
Investor terjebak aksi spekulasi umumnya akan menyadari ketika harga suatu saham dibeli tiba-tiba mengalami penurunan secara signifikan dan dalam kurun waktu cepat. Sehingga ia tidak memiliki kesempatan menjual sahamnya di harga awal ketika dia membeli. Dengan kejadian itu, investor terpaksa menerima kerugian dengan melakukan cut loss (menjual saham di harga lebih rendah).
Selain potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu investor dalam bertransaksi saham, investor juga berpeluang mengalami risiko kehilangan modal investasi (capital loss). Oleh sebab itu, gunakan dana investasi dari pos uang berlebih atau uang diluar dari biaya kebutuhan hidup.
Terakhir, alokasikan dana untuk investasi, setelah seorang investor memiliki tabungan darurat yang besarnya 6-12 kali biaya hidup. Sehingga, apapun risiko terjadi, tidak akan membuat hidup para investor menjadi terganggu. ****
Update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari KABARTERKINI.co.id. Ayo bergabung di Facebook dan Instagram KABARTERKINI.co.id, atau klik link https://www.kabarterkini.co.id