kabarterkini.co.id, NATUNA – Kembali Amrullah mengirim video ke ponsel Info Nusantara, Jumat malam 9 Desember lalu. Video berdurasi 3,17 menit di kirim melalui pelayanan Bluethoot, bercerita tentang kondisi tiang pancang proyek pembangunan Pelabuhan Subi, Kabupaten Natuna. Kondisi tiang pancang, bukan tegak berdiri kokoh, melainkan berceceran di pantai hingga hampir ke tengah laut. Diperkirakan 300-an meter, kata Amrul -biasa disapa- “Tiang-tiang pancang itu berserakan.”
Menurut mantan wartawan Ranai itu, sebagian tiang mulai berkarat. Kemungkinan akibat terendam air laut, ketika pasang. Terpanggang sinar matahari, ketika air laut surut. “Saya heran, kenapa tiang pancang berbahan besi itu tidak ditanam, seperti tiang lain,” katanya. “Kalau tidak tertanam, lama-lama tiang besi itu akan keropos.”
Sumber Info Nusantara menerangkan, tiang pancang pelabuhan, tidak masalah terendam air laut. Tiang tidak akan berkarat, asal tidak terpapar sinar matahari. Tapi, kata sumber yang juga bekerja sebagai pengawas salah satu proyek pembangunan pelabuhan di Natuna itu, Kamis 15 Desember lalu, “Kalau terkadang terendam dan terkadang terkena sinar matahari, bisa rusak tiangnya.”
Sementara video kiriman Amrul kedua, memperkuat video kiriman pertama, tentang kondisi proyek Pelabuhan Subi. Video pertama berdurasi 1,58 menit itu juga dikirim melalui layanan Bluetooth, Selasa 22 November lalu, bercerita tentang hasil pantauan kondisi lantai proyek pembangunan Pelabuhan Subi. Dalam video, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Natuna Marine Ecoregion, Indra Praja menguji kualitas lantai pelabuhan. Dengan cara mengetuk-ngetuk satu sudut lantai pelabuhan.
Ujung lantai diketuk menggunakan kayu bulat dan pendek digenggaman tokoh pemuda Subi itu, dengan kekuatan sedang, semen lantai pun hancur. Semen hancur atau kekuatan diragukan sebagai lantai yang kelak menjadi beban pelabuhan untuk menahan barang, orang dan gelombang. “Sekitar 100 meter lantai pelabuhan terbangun,” tulis Amrul melalui pesan singkat, Kamis 1 Desember 2016. “Saat saya merekam melalui ponsel, lantai baru terbangun sekitar 40 meter.”
Usai merekam kualitas lantai, video beralih ke tumpukan kerikil. Dalam video terlihat seseorang mengambil satu kerikil warna biru muda. Lalu, video beralih menyorot pasir merah, diduga sebagai campuran semen. “Bukan hanya kualitas semen, bahan campuran, seperti kerikil dan pasir, kita ragu mutunya,” tulis Amrul. “Yang perlu digaris bawahi, tiang pancang terbangun sekitar 2 kilometer, sekitar 300 meter belum ditanam,” tulis Amrul lagi, sambil menambahkan, tiang belum ditanam, dibiarkan berserak terendam air laut, sekitar pantai.
Proyek pembangunan Pelabuhan Subi -edisi sebelumnya- Info Nusantara telah publikasi. Proyek pelabuhan dibangun rada ganjil, dari tiang pancang hingga lantai, dimulai dari laut ke darat itu, dilaksanakan secara bertahap, tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Jadi proyek dilelang setiap tahun oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Otomatis, tiap tahun berbeda kontraktornya.
Menurut masyarakat Subi, tutur Amrul, tahap pertama dibangun dengan anggaran sekitar Rp5,7 milyar. Jenis pekerjaan, membangun tiang pancang. Tahap kedua, tidak diketahui, siapa kontraktornya, anggaran serta jenis pekerjaan. “Anggap saja, tahap kedua, pekerjaan siluman,” kata Amrul. “Saya tanya masyarakat Subi, tidak ada yang tahu, tentang pembangunan proyek tahap kedua itu.”
Pekerjaan tahap ketiga, tidak diketahui kontraktornya. Anggaran sekitar Rp59 milyar. Jenis pekerjaan, pembelian bahan material pelabuhan. Tahap ke-empat, kontraktornya, PT Pilar Dasar Membangun. Anggaran sekitar Rp16 milyar. Kontraktor itu akan membangun lantai pelabuhan.
Dalam membangun lantai, kontraktor sempat menggunakan air laut, sebagai campuran semen. Tetapi, setelah masyarakat protes, kembali kontraktor menggunakan air tawar. “Proyek tahap empat ini, baru selesai 40 persen,” tegas Amrul.
Foto papan plang tahap empat, tertulis : proyek dari Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Tarempa. Pekerjaan : Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Subi Tahap IV (empat-red). Lokasi : Pulau Subi, Kepulauan Riau. Tahun Anggaran : 2016. Sumber Dana : APBN.
Nomor Kontrak : PL.106/1/5/SBI/UPP.TPA.2016. Nilai Kontrak : Rp16.995.170.000. Kontraktor : PT Pilar Dasar Membangun. Konsultan : CV Bangun Bina Bersama. Celakanya, tidak tertulis, kapan proyek mulai dikerjakan, dan berapa lama pengerjaannya. “Proyek belum jelas mutunya itu,” kata Amrul. “Telah menghabiskan anggara negara, dengan total seratusan milyar rupiah.”
Pulau Subi, salah satu kecamatan berada diperbatasan Indonesia, dibawah naungan Kabupaten Natuna. Kecamatan yang hanya dapat ditempuh melalui jalur laut, sekitar delapan jam dari Kota Ranai. “Wajar proyek pembangunan Pelabuhan Subi dikerjakan asal-asalan,” kata Amrul. “Wilayahnya cukup jauh dari pantauan LSM atau media massa,” timpal Indra Praja.(*andi surya)