ANAMBAS, KABARTERKINI.co.id – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Sumbagut menggelar kegiatan Northern Sumatra Forum 2021. Tujuan kegiatan, membangun komunikasi dan meningkatkan sinergi antara SKK Migas–KKKS Wilayah Sumbagut dengan pemangku kepentingan di pusat maupun daerah.
Sehingga terbangun kesepahaman bersama melalui beberapa peraturan dan kebijakan pemerintah serta mendukung penuh pelaksanaan kegiatan di sektor industri hulu migas, khususnya di wilayah regional Sumbagut.
Dalam perhelatan ini dihadiri lima Gubernur dan lebih dari 6.000 peserta secara luring dan daring (hybrid). Sementara Gubernur yang hadir, yaitu dari Riau Syamsuar, Kepulauan Riau Ansar Ahmad, Aceh Nova Iriansyah, dan dari Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sedangkan sebagai pembicara selaku Ketua Asosiasi Daerah Penghasilan Migas dan Energi. Selain itu, juga menghadirkan tujuh local hero yang menginspriratif banyak orang.
”Tingginya partisipasi mencerminkan semangat SKK Migas, KKKS, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan manfaat industri hulu migas,” ungkap Kepala SKK Migas Perwakilan Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus melalui keterangan tertulis, Selasa 7 Desember 2021.
Northern Sumatera Forum atau NSF sendiri, sambung Rikky, baru pertama digelar di Batam pada 23 hingga 25 November lalu dengan tema “Sinergi Komunikasi Industri Hulu Migas Bersama Pemangku Kepentingan Menuju Target Produksi 1 Juta BOPD dan 12 BSCFD Gas di Tahun 2030″.
“Dengan kegiatan ini, kita ingin membangun komunikasi dan meningkatkan sinergi antara SKK Migas–KKKS Wilayah Sumbagut dengan pemangku kepentingan pusat dan daerah, terutama menyangkut peraturan dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kegiatan industri hulu migas, khususnya di Sumbagut,” terangnya.
Penyelenggaraan NSF, menurut Rikky, menghadirkan 70 pembicara regional dan nasional. Dengan berlatar belakang pejabat pemerintah, akademisi, praktisi komunikasi, media massa, SKK Migas dan Badan Pengelola Migas Aceh, serta KKKS.
”Topik yang dibahas terkait regulasi, perizinan, pertanahan, komunikasi, media, dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Agar diskusi berjalan interaktif sehingga menambah wawasan dan pemahaman peserta,” timpal Ketua Pelaksana NSF Yanin Kholison yang juga Kepala Humas SKK Migas Sumbagut.
Seluruh forum diskusi di NSF disiarkan secara live melalui kanal Youtube, SKK MIGAS TV, dan IG #SKKMigasSumbagut. Di acara penutupan Kamis 25 November lalu, menurutnya, SKK Migas – KKKS memberikan apresiasi dan penghargaan kepada kelima gubernur. Para gubernur itu dinilai mendukung kelancaran operasional hulu migas di wilayah Sumbagut, yaitu: Gubernur Riau Syamsuar, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, dan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah.
“Penghargaan ini juga diberikan kepada enam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan tujuh Local Hero perwakilan dari wilayah kerja KKKS. Pemberian penghargaan sebagai bentuk bakti dan komitmen pemberdayaan masyarakat. Semoga seluruh UMKM dan local hero ini terus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” ujar Yanin.
Di lokasi acara, katanya, sejumlah UMKM binaan diberikan tempat untuk memamerkan dan menjual produknya. Sedangkan local hero merupakan sosok tokoh perubahan dari tingkat desa yang menginspirasi warga melalui berbagai peran dan kontribusi pada masyarakat dan lingkungan.
Dari tujuh local hero, tambah Rikky, dua diantaranya dari Kabupaten Kepulauan Anambas, binaan Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) dan Premier Oil Indonesia yang hadir di NSF dan menerima penghargaan, yaitu: Kepala Desa Belibak Marzuki dan Ketua Pokmas P4 Hairumazani. Mereka dipilih karena kontribusi dan komitmennya.
“Sedangkan Pak Marzuki, biasa disapa Pak Jenggot membangun Desa Wisata Belibak. Sejak menjabat Kades pada 2017, Pak Jenggot, menyadari potensi wisata di desanya. Ketika Medco E&P melalui Program TanggungJawab Perusahaan (CSR) mengutus tim dari Yayasan Umar Khayam, Pak Jenggot langsung mengutarakan niatnya untuk mengembangkan wisata di desanya agar mendatangkan wisatawan. Apalagi pada 2013 saluran TV berita CNN menobatkan Kepulauan Anambas sebagai kepulauan tropis terindah,” papar Rikky.
Setahun kemudian dengan menggunakan Dana Desa dan pendampingan dari Medco E&P, lanjut Rikky, Pak Jenggot mulai menyiapkan sejumlah infrastruktur di Pulau Pangeran. Sehingga wisatawan asing berdatangan melalui Batam dan Tanjungpinang. Dia juga menyiapkan 12 warung yang dimanfaatkan warga desa berjualan setiap akhir pekan di sekitar tempat wisata tersebut.
Pada 2021, Pak Jenggot mampu menggerakkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kreatif telah meraih penghasilan Rp 25 juta per bulan. Sebesar 65 persen dari hasil usaha itu diberikan kepada pengelola.
“Walau belum besar, warga dan pegawai BUMdes sudah merasakan hasil dari usaha dan bergotong royong membangun desanya. Salah satu tantangan terberat, transportasi menuju Pulau Pangeran. Sejak pandemi, jalur penerbangan terhenti. Beruntung, kini ada kapal ferry dari Pulau Batam dan Tanjungpinang,” ujar Rikky.
Menurut VP Relations & Security Medco E&P Arif Rinaldi, faktor transportasi menjadi tantangan terbesar untuk mengembangkan Desa Belibak. Namun, publikasi lewat media sosial perlu digencarkan agar wisatawan tetap mengunjungi Pulau ini.
“Pariwisata pulau Pangeran perlu terus didukung karena salah satu potensi untuk pengembangan daerah sekitar operasi perusahaan. Oleh karena itu, kita perlu berupaya untuk terus memperkenalkan ke masyarakat luas,” pesan Arif.
Bang Iman dan Penyu Besar
Local Hero lainnya, Hairumazani yang biasa disapa Bang Iman, sejak kecil sering dibawa ayahnya berkayuh sampan ke pulau Pahat. Menurut Arif, mereka memetik kelapa dan mencari telur penyu. Telur jadi hidangan istimewa keluarga, juga dibagikan ke tetangga atau dijual ke warga dan pengepul untuk selanjutnya dijual ke Malaysia dan Singapura.
Hingga akhirnya pada 2010, dia mendengar di Pulau Durai yang masih terlihat dari Pulau Pahat, dilakukan konservasi penyu oleh Premier Oil Indonesia. Meski secara ekonomi telur penyu semakin mahal, namun diam-diam, Bang Iman melakukan konservasi mandiri di Pulau Pahat.
Ketika dia menggali telur penyu di pagi hari, tidak semua dijual, tapi sebagian dibiarkan di lubang hingga menetas. Hal ini terus dilakukan hingga akhir 2013, Premier Oil Indonesia mengajak melakukan konservasi. Bak kata pepatah ‘pucuk dicinta ulam pun tiba’, Bang Iman langsung menyetujui karena memang ingin melakukan konservasi. Dia ingin agar anak cucu kedepan masih bisa menyaksikan hewan langka ini.
Kini Bang Iman sudah mulai mengenalkan anak bungsunya yang masih berusia 3 tahun dengan penyu besar Pulau Pahat. Sejak program konservasi dilakukan pada Agustus 2014 hingga Oktober 2021, Bang Iman berhasil mengawasi 2.403 induk penyu yang naik bertelur ke pantai Pulau Pahat dan telah menjaga hingga menetas sebanyak 1.944 sarang telur penyu sampai melepaskan secara alami sebanyak 133.888 ekor tukik.
Akhirnya, Bang Iman mendapatkan penghargaan sebagai local hero karena secara sukarela menyediakan lahannya untuk menjadi kawasan konservasi, meski secara ekonomi kegiatan konservasi belum tentu menguntungkan. Apalagi beberapa kali Pulau Pahat ingin dibeli untuk dijadikan area privat, namun dia tidak menjualnya karena tetap ingin menjadikan Pulau Pahat sebagai konservasi penyu yang bisa dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat, khususnya yang datang untuk melihat secara lansung kegiatan konservasi. (*sarnilam)