Presiden Ajak Pelaku Industri Tambang Lakukan Hilirisasi

0
495

kabarterkini.co.id, JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengajak para pelaku industri tambang untuk melakukan hilirisasi produknya. Hal itu disampaikan Jokowi -biasa disapa- saat menghadiri acara Indonesian Mining Association Award di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu 20 November 2019.

Ajakan Jokowi bukan tanpa alasan. Menurutnya, berdasarkan perbincangan dengan sejumlah pimpinan organisasi internasional, dunia kini sudah menuju era energi ramah lingkungan.

“Dunia sudah menuju kepada energi ramah lingkungan. Semua harus mulai siap-siap dan hati-hati,” kata Jokowi.

Selain itu, menurutnya, dengan hilirisasi industri tambang, diharapkan akan membantu pemerintah mengatasi defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan sudah berlangsung lama. Meskipun ekspor dari industri pertambangan sendiri, memberikan kontribusi besar kepada neraca perdagangan Indonesia.

“Oleh sebab itu saya mengajak semua untuk memulai, memproses, barang-barang tambang kita menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect ke mana-mana, termasuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” jelasnya.

Berdasarkan hitung-hitungan, jika semua pelaku industri tambang menuju pada hilirisasi dengan mengekspor barang setengah jadi maupun bahan jadi, Jokowi meyakini masalah dua defisit tadi bisa diselesaikan dalam kurun waktu tiga tahun.

“Kita baru berbicara satu komoditas yang namanya nikel. Belum berbicara masalah timah, batu bara, atau copper. Banyak sekali bisa kita lakukan, dari situlah akan muncul nilai tambah,” lanjutnya.

Sampai pada 2017, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, telah mengamanatkan soal hilirisasi industri. Meskipun kini ada relaksasi pada 2022, Jokowi kembali mengajak pelaku industri tambang bersiap diri.

“Kalau memang perlu bergabung, bergabunglah. Kalau ada masalah berkaitan pendanaan untuk menyelesaikan, ya marilah kita bicara,” ujarnya.

Bukan hanya nikel, produk tambang lain juga berpotensi untuk menghasilkan produk turunan yang banyak dan bernilai tambah jika dilakukan hilirisasi. Misal, tembaga turunan bisa sampai 15 kali lipat nilainya atau asam sulfat sebagai turunan nikel dapat dipakai sebagai campuran membuat baterai litium.

“Sehingga desain strategi besar bisnis negara dalam jangka ke depan yang kita ingin membangun mobil listrik di negara kita ini betul-betul bisa dicapai karena kuncinya ada di baterai,” paparnya.

Menurut Kepala Negara, Indonesia memiliki 70 persen bahan-bahan membuat baterai litium. Sehingga akan sangat keliru, kalau barang-barang itu diekspor dalam bentuk mentah.

“Akhirnya transformasi besar ekonomi di Indonesia ini betul-betul bisa berubah, dimulai dari dunia pertambangan. Ada betul-betul transformasi besar ekonomi yang ada di negara kita,” pungkasnya.

Sementara, acara ini diselenggarakan Asosiasi Pertambangan Indonesia. Asosiasi ini adalah asosiasi perusahaan tambang tertua di Indonesia yang terbentuk sejak 1975. Yang beranggotakan perusahaan pemegang Kontrak Karya (KK), pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), dan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah berkontribusi sebesar 60% dari PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertambangan.

Dalam acara, Jokowi menerima penghargaan tertinggi bidang pertambangan diserahkan langsung Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia Ido Hutabarat. Penghargaan diberikan atas kepedulian dan keberpihakan Jokowi terhadap dunia industri tambang.

Turut mendampingi Jokowi dalam acara, antara lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia Ido Hutabarat. (*bpmi setpres)

editor: andy surya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini