ASAHAN, KABARTERKINI.co.id – Bupati Asahan H. Surya meninjau lokasi pengolahan Tempat Penampungan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) sebagai solusi pakan alternatif untuk unggas dan ikan jenis air tawar dengan larva maggot. Peninjauan berlangsung di Jalan Pondok Indah, Kelurahan Sei Renggas, Selasa 29 Juni kemarin.
“Saya sangat bangga dan mengapresiasi ide dikembangkan Dinas Lingkungan Hidup Asahan yang bekerjasama dengan Kelompok Tani Integrasi PAM Asahan. Yang mengelola TPS 3R menjadi pakan ternak. Ini inovasi baru pertama dilakukan di Asahan dan harus kita didukung,” kata Surya.
“Saya berharap inovasi ini berkolaborasi dengan dinas terkait, seperti Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian Asahan. Hendaknya Dinas Lingkungan Hidup dapat terus memfasilitasi program ini hingga Asahan mendapat Piala Adipura,” katanya lagi, sembari menambahkan Pemerintah Kabupaten Asahan akan terus berupaya mendukung program ini dapat maju dan berkembang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Asahan Agus Jaka Putra Ginting dalam laporan menyampaikan bahwa maggot merupakan jenis belatung atau ulat yang ukurannya lebih besar dan berasal dari lalat. Belatung ini hanya mengkonsumsi sampah organik. Limbah organik yang bau akan dimakannya.
Jadi maggot dijadikan sebagai pakan alternatif yang kaya akan unsur enzim dan berprotein tinggi. Maggot dapat dijadikan pakan ternak unggas, seperti ayam kampung, ikan lele, nila dan gurame.
“Budidaya maggot dapat menjadi salah satu solusi menangani limbah organik. Karena itu, program ini bisa menjadi sebuah inovasi dan solusi penanganan sampah,” ujar Agus.
Hal senada disampaikan Muhammad Hamdani, Ketua Kelompok Tani Integrasi PAM Asahan yang mengelola TPS 3R. Menurutnya, program ini sudah lama viral di daerah Jawa dan belakangan baru masuk ke Sumatera Utara dan pertama kalinya di wilayah Kabupaten Asahan.
“Untuk limbah organik digunakan adalah sisa sampah dari pasar, diantaranya sayuran seperti kol, wortel, terong, serta buah-buahan busuk. Sampah dari restoran, serta kotoran ayam itu sendiri yang nantinya diurai maggot atau larva,” terang Hamdan.
Dalam perhitungan, menurutnya, satu ton sampah akan habis diurai maggot menjadi 500 kg selama satu malam. Dengan catatan sampah tersebut harus dua kali lipat dari beban maggot. Kemudian sirkulasi udara di dalam TPS harus memadai.
“Maka sistem di dalamnya harus didesain secara terbuka. Sebab sinar matahari harus masuk kedalam untuk pertumbuhan pupa. Pupa ini bakal menjadi lalat yang dapat bertelur dan menghasilkan maggot,” pungkas Hamdan. (*syahroel)